Malam itu, dengan penuh keyakinan kumemberanikan diri mengukir asa dan menari bersama pena diatas kertas putih. bahkan keyakinan ini lebih besar dari apapun dan mengabaikan sebagian tugas yang lain. Aku merasa semua akan baik-baik saja, berjalan seperti apa adanya.
'resiko mungkin ada' sepenggal kaliman iklan di televisi yang selalu terngiang ditelingaku menjadi acuan disetiap langkagku. Aku sudah mempersiapkan dengan matang untuk menghadapi semua jemu sosial kehidupannya kelak, meskipun agak riskan dan kurang meyakinkan. tapi biarlah kucoba. kucoba bercerita tentang hati dan dari hati untuk hati yang lain.
Aku mengenali dirinya sejak pertama, kian hari kami semakin dekat dan akrab. Begitulah, pembawaannya yang cukup terampil untuk dijadikan seseorang yang terbaik dalam hidupku. Namun sayang, sikapku tak serupa dengan dia yang mengesankan. Aku selalu menutupkan diriku sendiri bahakan menipu dari keadaan. Aku sadar dengan yang kulakukan. Hingga suatu hari ia dapati diriku berbelok dari ucapan pertamaku.
Yaah, aku salah... *menurutnya* aku tak pernah berani mengatakan yang sejujurnya padamu kawan, aku terlalu penakut, pengecut, dan pecundang ulung. Aku tak pernah mengungkapkan yang sejujurnya "aku senang, aku sedih, aku suka, aku benci, aku takut, aku berani" dalam kondisi apapun. sudah kubilang aku adalah pecundang. 'kau kecewa' pasti!! aku yakin, aku tak bermaksud apa-apa melakukan itu, 'AKU HANYA TAKUT, aku hanya ingin berdamai dengan keadaan, mungkin waktunya yang terlalu cepat dan kurag tepat, hingga kau menatapku dengan sebelah mata' asal kau tau sepertinya akan ada halilintar yang akan menggulung kehidupanku dengan berjuta kata yang tersirat.
Entah benar atau tidak, rasanya aku sudah bisa merasakan desir-desir aura panas menyengat tubuhku. "kawan, apa aku salah menilaimu? aku salah menganggapmu? aku salah jika harus berterus terang? aku salah jika aku bercerita dengan hati? APA AKU SEBODOH ITU??" maaf. aku manusia biasa yang tak sempurna bahkan setara denganmupun aku tidak. maaf, mungkin aku terlalu tinggi melompat untuk bisa menyesuaikan diriku denganmu. maaf, aku memang bukan orang yang pantas untuk kau kenal. maaf, aku telah menghancurkan separuh kepercayaan dan hidupmu.
Aku hanya takut, berakhir dengan kesedihan. karenanya kucoba memberanikan diri untuk mengungkapkan segala yang pernah kusimpan dan tak tersampaikan dengan lisan. Kau berhak menyalahkanku, dan mulai saat ini tak aku akan berusaha melupakan kebodohan masa lalu itu. yaah... tak lagi aku berpangku tangan padamu. terimakasih kawan. mungkin ini yang terakhir. Janga samakan aku dengan yang lain, KARENA AKU MEMANG PENGECUT..