Kamis, 01 Agustus 2013

The Last Diary My Brother

By: Cahaya Hidayat

1 Agustus 2013 pukul 14:05
 Bermimpi dan berharap akan sesuatu yang indah setiap orang pasti pernah melakukannya, tapi berjuang dan berkorban agar mimpinya bisa menjadi kenyataan aku kira hanya sedikit yang melakukannya, disatu sisi ada beribu alasan untuk menyerah dalam mewujudkan mimpi, tapi di sisi lain kita pun sering membayangkan betapa menyenangkannya ketika mimpi itu terwujud, mungkin dari sini lah perbedaan setiap orang dapat terlihat ada yang konsisten dengan mimpinya, ada yang menyerah ketika ia gagal di ditengah-tengah perjuangannya dan ada pula orang yang tidak mau merealisasikan mimpinya selama hidupnya dia hanya menjadi pemimpi. Ku akui untuk merealisasikan mimpi itu tak semudah memakan mie ayam saat lapar, karena hidup adalah perjuangan, selalu ada keringat untuk sebuah bayaran, selalu ada tangisan untuk sebuah kebahagiaan, dan selalu ada perjuangan untuk mencapai kesuksesan.
                Berbicara soal mimpi dan perjuangan aku teringat akan hari-hariku di bangku Madrasah Aliyah, sewaktu aku smp aku mempunyai rencana kecil setelah aku lulus nanti yang aku buat sendiri dengan tujuan agar hidupku lebih terarah, meskipun tak semua rencanaku berjalan sesuai dengan harapanku tapi aku bersyukur karena tujuan akhir dari rencanaku berjalan dengan baik.
                 Aku ingin sekali melanjutkan smaku di MAN IC atau kalo tidak di SMAN CMBBS, tapi Allah berkata lain, “He always give me a true way whereas it’s not my desire”, waktu itu aku telah berhasil lolos seleksi tulis di CMBBS tinggal mengikuti seleksi kesehatan dan psikotest disini imanku diuji test kesehatan dan psikotest diCMBBS ternyata bertepatan dengan test tulis IC, jujur waktu itu aku bingung sekali untuk memilih, inilah ujian yang aku maksud setan mulai menggoda imanku aku yang mempunyai sifat cendrung untuk cepat sombong dan tidak pernah mengukur kemampuan dihasutnya untuk tidak mengikuti test CMBBS yang tinggal sedikit lagi, aku malah memutuskan untuk mengikuti test tulis IC yang bisa di bilang peluangnya lebih kecil untukku, melihat kemampuanku yang tidak terlalu waw, dan sekolahku yang berstatus smp bukan mts untuk kasus ini IC mensyaratkan bahwa 75% diambil dari mts dan 25% diambil dari smp klo tidak salah seperti itu, akhirnya pengumuman test IC pun datang dan sudah sangat bisa dipastikan nama ku tidak terdaftar dalam daftar nama siswa yang lolos, pelajaran berharga yang bisa ku petik dari pengalaman ku ini adalah “merealisasikan mimpi itu harus tapi sesuaikanlah dengan kemampuan yang ada sekarang”.
                Ternyata Allah masih memberikan jalan lain kepadaku, petunjuk pun datang dariNya lewat ibu, aku disuruhnya untuk daftar di MAN 2 yang akhirnya menjadi sekolahku dan saksi bisu tentang perjuanganku untuk menggapai ambisiku dismp dulu yang tidak lain adalah ITB, memang benar kata-kataku diatas “He always give me a true way whereas it’s not my desire”.
                Alasan menagapa aku memilih MAN2 tidak lebih karena aku tidak diijinkan untuk mendaftar di sekolah lain, mungkin orang tuaku berfikir untuk membekaliku ilmu agama yang sekolah lain tidak memberikannya sebanyak diMAN2. Ambisiku untuk bisa kuliah di ITB masih bertahan meski aku sekolah dimadrasah. Aku pun mulai menyusun persiapan sedini mungkin demi menggapai ambisiku untuk kuliah di ITB, dari mulai mengumpulkan informasi tentang jalur masuknya, fakultas-fakultasnya, sampai bagaimana cara belajarnya untuk bisa masuk ke ITB. Dari informasi tentang jalur masuknya ada satu hal yang menarik bagiku mungkin inilah alasan satu-satunya yang membuatku terus ngotot untuk mendapat juara parallel, dan mencoba untuk rata disemua mata pelajaran. Yang tidak lain adalah jalur undangan. Aku berfikir mungkin dengan cara ini aku bisa menggapai ambisiku untuk bisa kuliah di ITB, dengan jalan yang aku fikir sedikit lebih simple. Yang hanya mensyaratkan nilai raport yang bagus dan mempunyai piagam pemenang lomba waktu itu informasi yang aku dapat seperti itu.
                Dari sinilah kisah perjuanganku bermula, aku mencoba untuk mencuri start lebih dahulu dari teman-temanku, dari kelas 10 aku sudah mulai giat belajar agar bisa mendapat nilai yang bagus, dan ternyata ibu aku pun mendukung usahaku sehingga dimasukannya lah aku ke bimbel, ternyata tujuan ibuku memasukan aku ke bimbel bukan hanya untuk menambah porsi pelajaran di sekolah melainkan agar aku bisa mengetahui perkembangan siswa dari sekolah lain yang akan menjadi sainganku kelak. Perjuangan dan kerja kerasku ternyata dibayar lunas oleh Allah, aku pun tak pernah mendapat nilai yang buruk diraportku.
                Selain menjaga agar nilai raportku tidak jelek aku pun berusaha untuk mengikuti setiap perlombaan yang sekolah aku ikuti, meskipun hasilnya banyak yang gagal tapi tidak menagapa karena pengalaman mengikuti lomba itu tak semua orang bisa mendapatkannya, setelah terlalu banyak mengikuti lomba akhirnya Allah pun menjawab usaha aku dengan memberikan juara III lomba mtk untirta, sungguh hasil yang sulit di percaya karena diperlombaan itu ada peserta yang sangat jago sekali di matematika termasuk teman-temanku.
                Tibalah saatnya aku masuk ke kelas 12 semester I aku masih saja konsisten terhadap jalan yang ku pilih yaitu jalur undangan disni mulai lah terjadi perbedaan antara aku dan temanku dikelas ketika dia  sudah mempersiapkan diri dengan jalur tulis sementara aku masih mengejar nilai disemster akhir agar bisa keterima di undangan, dan itu pun terjadi menjelang UN aku terlalu sibuk belajar UN sehingga lupa untuk persiapan test tulist, mungkin inilah kesalahan fatal yang aku lakukan mudah-mudahan adik kelasku nanti tidak mengikutiku.
 Setelah semua syarat untuk mengikuti jalur undangan terpenuhi, akhirnya masa yang di tunggu-tunggu pun tiba kelas 12 semester akhir inilah masa penentuan bagiku, aku pun percaya diri bahwa perjuangan ku selama 5 semester pasti terbayar oleh Allah, aku masih ingat waktu kelas 11 ketika teman-teman sekelas ku masih bisa menyempatkan diri untuk bermain futsal sementara aku harus bimbel di GO dan LIA, jujur aku sangat iri sekali, tapi tetap hati kecilku berkata bahwa “cita-cita yang besar harus diraih dengan perjuangan yang besar pula”.
                Tibalah saatnya pendafatarn jalur undangan, aku dengan percaya diri karena telah memiliki bekal mendaftarkan diriku ke ITB, angan-angan yang indah, serta harapan untuk kuliah di ITB semakin besar di dalam pikiranku terbayang olehku perjuangan selama 5 semesterku pasti terbayarkan bukannya jika kita telah berusaha dan berdoa kita berhak meminta hak kita? tapi ternyata Allah selalu mempunyai rencana diluar nalar yang kita punya. Angan-anganku untuk bisa kuliah di ITB ternyata karam begitu saja setelah melihat pengumuman jalur undangan yang muncul adalah kata “maaf” sakit sekali melihatnya tak bisa ku bayangkan perjuanganku selama 5 semester ini hancur begitu saja, entah apa yang salah? dan siapa yang harus ku salahkan? sulit dipercaya memang tapi semua teman-teman sekelasku pun ternyata mengalami hal yang sama yaitu mendapatkan kata “maaf”.  Dan apakah cita-citaku untuk kuliah di ITB berakhir? Jawabannya pasti tidak karena aku tidak mau menyerah begitu saja.         
                Setelah hari yang menyedihkan itu aku mulai kebakaran jenggot untuk belajar lebih dan lebih giat lagi, aku mulai mengejar ketertinggalanku karena terlalu focus pada nilai dan UN, rutinitasku sehari-hari di isi dengan makan tidur shalat belajar itu-itu saja, bangun tidur ngerjain soal, lagi dikamar mandi mikirin soal, main kerumah temen untuk nanya soal, dan sebelum tidur ngerjain soal dulu kalo ada waktu luang pun sebisa mungkin untuk membaca materi dan memperdalam konsep. Cape memang tapi demi kuliah di ITB apapun harus ku lakukan.
                Hari-hari menjelang sbmptn terasa begitu singkat bagiku ku akui masih banyak materi yang belum aku kuasai, dan rasanya perjuanganku untuk ke ITB lebih berat kalau dari jalur tulis mengingat persiapan ku yang masih minimal jika di bandingkan dengan temanku itu, tapi apakah aku menyerah untuk kuliah di ITB? jawabannya masih tidak, meski untuk bisa kuliah di ITB saingannya ribuan tapi jika kita punya trik mungkin bisa membantu, sengaja aku tidak memilih fakultas yang sama seperti di undangan karena aku tahu peminatnya banyak sekali dan kemampuan mereka jauh sekali di atas kemampuan ku, aku tidak mau kejadian saat memilih sma terulang lagi di saat memilih jurusan, aku tidak mau menyesal untuk yang ke 2X’a. makanya aku memilih SITH-S di jurusanku agar aku bisa masuk ke itb karena aku tahu kemampuanku baru bisa sampai di situ, dan pertimbangan ke 2 aku taruh SF di pilihan pertama ku karena aku tahu dari tahun ke tahun peminat SF adalah perempuan, yang aku ketahui dari perempuan hanya sedikit dari mereka yang menyukai fisika, padahal kata temen aku fisika itu itu bisa mengangkat nilai kita lebih tinggi dari pelajaran yang lain, sementara aku sendiri tidak buruk dalam fisika meski tidak sebaik temen-temen aku, oleh karena itu aku berani bertaruh di SF.
                Akhirnya hari test SBMPTN pun tiba, aku dengan persiapan yang minim tapi sedikit optimis dengan trik seperti diatas mengerjakan TPA Alhamdulillah sesuai target, tapi lain cerita di TKDU aku kewalahan melihat soal B.Indo dan B.Ing serta cara menghitungku yang bisa dibilang lambat gagal memenuhi target sedih rasanya melihat soal TKDU yg aku isi sedikit sekali, tapi aku tak langsung menyerah karena hari esok’a adalah pelajaran yang aku sukai yah MIPA. Kejutan ke2 pun datang dihari ujian MIPA ternyata soal yang aku prediksi itu terlalu mudah ketimbang soal yang dikeluarkan panitia, dan bisa di tebak lagi-lagi aku gagal memenuhi targetku sendiri.
                Dengan hasil yang seperti itu aku mulai khawatir akan tidak keterima di SBMPTN, kekhawatiranku bertambah-tambah ketika aku tahu bahwa nilaiku yang diprediksi oleh guruku tidak lolos di ITB, aku pun mencoba untuk ikut ujian mandiri di UI dan UGM, tapi apa yang terjadi ternyata usaha dan kerja keras ku dibayar lunas oleh Allah swt, aku Nur Hidayat F dinyatakan lulus SBMPTN di pilihan pertama ku SF, sedikit haru dan senang tak terkira angan-angan yang selama ini aku impikan ternyata menjadi kenyatan yah it’s real dude! Lagi-lagi aku harus berkata bahwa “He always give me a true way whereas it’s not my desire” aku tidak diterima di SNMPTN tapi aku di luluskan di SBMPTN, dan aku yakin SF adalah fakultas terbaik yang Allah berikan untukku  karena apa? Karena aku tidak lulus tes UI dan UGM meski aku mengisi lebih yakin ketimbang mengisi SBMPTN. ekekeke

1 komentar:

  1. ka mau nanya, hari ini aku tes sbmptn nih.. dan aku ngisi 9 nomor di fisika sama kimia itu pun belum benar benar yakin. kalo pendapat kaka gimana?

    BalasHapus