Minggu, 19 Januari 2014

Menunggu Balasan Rindu

Sejujurnya telah lama aku merindukanmu, dan mungkin rindu ini semakin mengeras karena tak kunjung terobati. Setahun yang lalu kau berjanji padaku, akan menemuiku dan menemaniku kapanpun aku butuhkan, benar saja itu hanya sekedar janji manismu yang mungkin... hanya untuk menghiburku sesaat. tapi sayang, aku tidak pernah meganggap semua itu janji, aku tidak pernah bosan untuk terus menunggumu hingga berganti musin, aku tak pernah menyalahkanmu atas segala kehilafanmu yang katamu terlalu sibuk untuk menemuiku. Aku hannya berusaha unutk berfikir positif.

Sayang, mau sampai kapan kau gantung harapanku? mau sampai kapan kau diamkan aku tanpa sebab yang jelas? katakan padaku yang sejujurnya, apa yang salah dariku hingga kau lupakan segala janji-janji manis kita dulu? haruskah aku menuntutmu dan memaksamu untuk berbuat sesukaku sedang kau semakin risih atas sikapku? rindu ini terlalu menyakitkan, rindu ini telah memunafikkan sikapmu.

Adakah rindu lain yang kau miliki selain aku? mengapa kau berubah begitu cepat, perubahan yang sangat pesat. Kau semakin temprament jika aku ingin mengetahui keadaanmu, kau selalu mencemoohku dengan kata-kata kasarmu. aku hanya ingin tahu, mengapa kau seperti ini? aku rindu... aku sangat merindukanmu dengan segala kebaikanmu, kepolosanmu, kekonyolanmu. Tidakkah kau merindukanku?

Setiap waktu kuhabiskan bersama catatan usang yang mungkin sudah bosan, karena hanya namamu yang selalu kusemat setiap saat. rindu ini mematikan separuh waktuku. yaah... benar kata temanku, mungkin aku terlalu polos untuk memaknai rasa ini kepadamu, dan aku telah dibodohi oleh cinta yang tak jelas kapan akan kau balas. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar