Harus berapa kali lagi aku men-delet karanganku di layar laptopku.
Rasanya aku mulai geram, mungkin mendekati putus asa. Mengapa menulis itu tidak
mudah?? Mengapa ide untuk mengarang tak secepat macan berlari, bahkan terlalu
lambat seperti siput. Ohh God, dari
mana aku bisa mendapatkan inspirasiku dalam menulis, meski hanya sekedar diary.
Mengapa begitu sulit?? Apa karena aku tak berbakat menulis? Apa karena aku tak
layak memiliki karya? Itu beban sekali Tuhan… aku butuh bercerita, sekedar
melepas penat dari rutinitas. Karena aku sadar… aku tak memiliki teman special
yang bisa kuajak berbagi cerita, dari itu aku ingin bisa menulis. Jika bukan
pada laptop dan buku diaryku, pada siapa lagi
aku berkisah. Aku lelah bila harus menangis sendiri, bahagia sendiri
sampai-sampai orang menganggapku gila. Ajari aku menulis….
Sepertinya malam ini akan
menjadi malam teramat panjang setelah pengaduanku karena tak layak tulis.
Tugasku masih banyak dan semakin menumpuk! Bahkan materipun belum sempat
kulalap tuntas! Aku merasa semua ini menjadi beban yang menjemukan. aku butuh
siapapun yang bisa mengajariku bersabar dan memberiku semangat disetiap helaan
nafas lelahku.
Baiklah, aku menyerah… bahakan
samapai hitungan seribupun tak akan ada satu orangpun yang datang mengajariku.
Lagi dan lagi dengan perasaan yang sama, apa
sih? Sedih? Tidak… bahagia? Tidak… lelah? Tidak… lantas?? ENTAHLAH… aku
hanya bisa berharap semoga ini akhir dari kejemuanku. HARAPAN?! Masih pantaskah
kau berharap di detik-detik seperti ini? YA! Kupikir pasti iya, aku yakin aka
nada jalan keluar untuk melewatinya.
Tapi, sebelum menutup
perbincangan yang tak jelas ini. Bolehkah aku bertanya Tuhan…
Mengapa Engkau selipkan
“kejemuan” di dalam hatiku, bahakan kejemuan ini hampir-hampir membuatku tak
sadarkan diri? Aku tak bisa mengendaikan diriku sendiri Tuhan, ini sangat
fatal. dimana semangatku yang selalu menggebu-gebu? Dimana kalian sekarang?