Masih pantaskah aku mengatakan
cinta? Masih sempatkah aku mengakui bahwa hati ini tak pernah rela ditinggalnya
pergi? Bilakah aku berujar tentang semua isi hati, apa akan ada kebaikan
diantara aku dan dia.
Rasanya ini adalah penipuan
berkala. Berpura-pura tegar padahal hancur, berpura-pura kuat padahal menangis,
berpura-pura bijak padahal bohong. Aku sesak menahan luka ini Tuhan… tiap
kepingan mozaik hembusan angin di 7 Juni semuanya masih terekam dengan sempurna
dalam ingatanku. Aku hanya tak ingin dia pergi, aku hanya tak ingin dia hancur
dan terluka. Aku terlalu mencintainya, tapi aku tak kuasa menahan deru hinaan
dari sosok gadis lain. Sosok itupun sama mencari pembelaan sepertiku, tapi
ucapannya menghujat kepercayaan, dan bodohnya dia tak juga bijak.
Amat disayangkan, ketika kami
hendak bangkit. Masa lalu dia mengepung pertahanan ini. Bukan aku tak lagi
mencintainya, buka karena ku sok suci. Tapi aku sudah tak sanggup mendengar
ocehan sosok gadis itu yang penus dengan sara.
Aku percaya kau akan berubahh
menjadi lebih baik, aku percaya kau orang yang bertanggung jawab dan tak
mungkin melakukan hal bodoh jika tidak ada factor lain. Aku percaya penuh
padamu. Tapi sayang, di detik-detik terkahirini, sedikitpun kau tak berempati
dengan perasaanku, tak sedikitpun kau menangkap cinta suciku, tak sedikitpun
kau mengerti bahwa ‘aku benar-benar mencintaimu…!!’
Kau hanya menilaiku dari
kelemahannya saja, kau mendengarkanku haya kata-kata kasarnya saja, tak
sedikitpun kau menyerap tiap-tipa untaian kata yang terucap. Harapanku hanya
satu saat itu “aku Cuma mau kamu bijak sayang, tolong fikirkan apa yang akan
kamu lakukan sebaiknya. Bertahan tapi berat dengan godaan atau berhenti tapi
menyisakan luka?” hanya itu… tapi kau tidak pernah menyelami fikiranku
seutuhnya.
Karena itu aku putuskan untuk
mundur…
Aku putuskan untuk pergi…
Aku yakin kau pasti bisa berubah sayang…
Semoga aku kuat menipu perasaanku
selamanya…
Aku yakin kau pasti berubah…
berubah…
Maaf aku tak berterus terang,
sejatinya aku memang perempuan yang penuh dengan teka-teki. Semoga aku bisa mengakhiri
kisah ini seorang diri, dan untuk kau “tetaplah bersinar dimanapun kau berpijak
sayang, terimakasih atas waktu dan perjuangannya yang begitu indah. Karena sampai
kapanpun aku tak pernah lupa.”
:'(
BalasHapus