Diary usang...
Ini konyol sekali. Hampir tiap hari aku berfikir dan berusaha untuk tetap melukiskan dirimu dalam bait kata-kata. Buka tutup laptop, on off blog, tarik-ulur buku catatan. Tapi tak satupun yang berhasil kubuat. Lagi dan lagi... hanya perasaan yang tahu segalanya tapi enggan dimaknai.
Puluhan kata yang berjajar di layar pun semakin tak berguna. Hanya dibaca untuk dihapus kembali. Begitu sulitnyakah kau kukenang? Apa ini pertanda bahwa kau bukan yang harus kukenang? Apa aku yang (lagi) terlalu bodoh memaknai perasaan sendiri?
Tak ada kata, tak ada rupa...
Kau hanya angin, terasa menenangkan tapi semu.
Kau hanya hujan, yang berlalu dan tak kembali.
Kau hanya awan hitam, mengahalangi raja tapi membawa keteduhan jua.
Kau hanya kabut tebal, mampu menyelimuti tubuh tapi bukan kehangatan.
Dan kau.... hanya ilusiii.... yang terlahir dari pemikiran gadis belia yang polos.
Mengapa kau didatangkan jika tak bisa dimiliki? Apa Tuhan, hanya ingin menguji kesungguhanku dari ketidak tahuan diri? Atau jangan-jangan... Dia ingin menunjukan batas kelemahanku, agar tak lagi kuresapi rasa 'ini' (lagi) mengenang sosok sepertimu.
Lantas, adakah rindu yang kau rasa sepertiku?
Aku hanya ingin mengenang bahwa kita pernah ada. Aku hanya ingin bercerita bahwa kau pernah menjadi bagian dari kebahagiaanku. Cukup. Tapi memilikimu, lebih dari sekedar hayalan yang cukup memekakan perasaan. Karena itu tak pernah mungkin terjadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar