Rabu, 31 Desember 2014

2015

Alhamdulillah, tumpah ruah di 2015 ini...
Bagaimana pencapaian kalian di 2014 lalu? Berapa persen target yang kalian raih? Atau semua terlampaui? Hehe... yaah semua itu bagian dari cerita hidup. Aku pun sama, targetku tidak mencapai maksimal, setidaknya 80% sudah ditangan. Hihi, alhamdulillah... ini sudah lebih dari sekedar cukup untukku.

Berkali-kali tumbang karena gagal, jatuh difase buruk yang sama, mengecewakan dan dikecewakan, keluar masuk klink dan rumah sakit, niat yang seringnya mandek ditengah jalan, bagia dari perjuangan disisi buruk. Tapi satu hal yang selalu aku sematkan 'tidak selamanya yang buruk tetap menjadi buruk, selagi kita mau berfikir, mau berusaha, mau mendekatkan pada pemilik diri kita, semua yang selalu kita anggap buruk akan menjadi batu loncatan dan hikmah terbesar, anggap saja itu semua teguran agar kita terus bermuhasabah.'

Sejatinya pencapaian ini berkat tugas PAI di tahun awal perkuliahan, ketika aku dan teman-teman ditugaskan untuk membuat paper "tentang 100 alasan dan target berkala mengapa ingin menjadi...." Alhamdulillah, terima kasih pak Fadhulloh....

Padahal, dulu MK termalas dan paling ga jelas buat aku hadapi adalah PAI ini, tambah lagi tiap minggunya ada kajian. Pasti selalu saja beralasan ABCD untuk ngga hadir. Haha... ternyata, "Aku baru mengerti dan menangkap hikmahnya saat ini." Astagfirulloh, semoga aku tidak terlambat untuk terus bersyukur. Maaf atas kekufuran dan kekhilafan ini Tuhan.

Tapi sayang, kenapa MK PAI hanya ada diawal perkuliahan? Padahalkan disitu ada moment dimana kita diingatkan, diterangkan, diluruskan dan diteguhkan.

Yaah semoga saja hikmah diawal PAI lalu pun tidak luntur dihati teman-teman semua. Kita sama-sama saling mengingatkan, sama-sama saling menghargai, karena kita sama... sama-sama hamba Tuhan yang kecil. :) semoga kebaikan, kesehatan, kemudahan rizki dan belajar, kekeluargaan semua tergadaikan dimataNya.

Ooya, aku ucapkan terima kasih sedalam-dalamnya untuk kalian teman-teman, kaka, dan teteh, yang telah menjadi bagian dari cerita masa laluku, maaf bila diri ini yang sering mengedepankan ego dan kesombongan, maaf bila telah mengecewakan, semoga selalu ada doa-doa baik yang menaungi kita semua.

SEMANGAT MENTARGETKAN DIRI YA KAWAN.... SEMOGA MENJADI LEBIH BAIK.... UTAMAKAN MINTALAH KESEHATAN PADA-Nya. Yuu BANGKIT.... :) :)

Selasa, 30 Desember 2014

Lelucon

Aku fikir, langkahku sudah jauh dan meninggalkan rongsok disana. Ternyata anda masih bisa mengincar keberadaanku. Apa lagi yang kamu cari? Aku sudah tak bersimpatik, aku biasa saja, bahkan aku menganggapnya 'lelucon kelas teri'. Aku harap, kamu jangan mengada-ada keadaan yang sebenarnya sudah tiada!

Selasa, 23 Desember 2014

Pantaskah aku?

Bilakan aku harus berlari dari kenyataan, akankah mereka menilaiku pecundang? Namun, bilakah aku bertahan, akankah kemenangan berpihak padaku?

Pantaskah aku mengiba Tuhan? Sedang kau Maha Tahu tiap hambaNya. Tapi bagaimana dengan perasaanku? Yang tak kenal dengan situasi macam apa ini.

Aku tahu garis besar ini, aku kenal. Ini tentang "hidup", yaah hidupku. Ya Tuhan.... aku butuh penopang, ini rapuj sekali, maaf bila aku pasrah. Jangan lemahkan aku disituasi ini.

Senin, 22 Desember 2014

Uas Perdana

Buruk, buruk sakali uas perdana kali ini...
Oh my God !!!!!!!!!
Belajar ngga belajar sama aja ga bisanya, kalau ujung-ujungnya open book kenapa ngga dari awal aja bilangnya, kan udah keleyengan mikir harus diapain ini soal. Walhasil.... kertas jawaban udah penuh karangan dan coret-coret, kepala ngebul tambah lagi kepanggang matahari pagi, dosen dateng diakhir waktu dan bilang "kalian boleh buka buku" ASTAGFIRULLOH.......

Tuhan, silvia pasrah sepasrah pasrahnya. Entah itu dosen bisa baca tulisan silvia apa ngga. Masa bodo....

Nah, ini nih!! Suka bingung kalau lagi ada difase pasrah dengan keterbatasan. Harus ngapain lagi coba??? Nangis ngga ngefek, minta tambahan waktu ngga mungkin, ngadu sama dosennya sama dengan minta nilai D. Butuh jalan keluaaaaar.

Diam ini menyakitkan, mengapa kebisuan menjadi jembatan antara kau dan aku. Tidak kah ada cara lain yang lebih masif dari semua ini?

Tuhan...
Aku ingin cerita,
Aku ingin terus cerita sampai air mata ini berkerak di wajahku, sampai mata ini lelah untuk menatap. Aku hanya butuh tempat mengadu... tapi yang terpenting akan segalanya, "kuatkan aku Tuhan, lapangkan dadaku agar aku bisa membendung semua gejolak ini, aku yang terlalu lemah, maaf."

Minggu, 21 Desember 2014

TUAN

Hai tuan, apa kabar? Tiap hari mamah menanyakan kabarmu, pagi-siang-sore-malam, selalu begitu. Ada sepotong kalimat mamah yang menghujam anganku diantara waktu-waktu itu, entah pasal mana dan darimana, ia merindukanmu tuan. Mungkin namamu pernah hadir dalam doa mamah...

*sesal* aku pernah mengenalmu begitu lama. Jika hadirmu dulu dari hal biasa, mengapa sekarang saat kau pergi membawa dampak luar biasa? Baiknya kubakar semua tentangmu, biar menjadi abu, pergi tertiup angin, tanpa dilihat dan disadari semua sudah lenyap.

Meski kini jalan kita berbeda, semoga Tuhan memberi kebahagian yang sama dalam penantian yang berbeda nanti. Meski saat ini aku mengiba sosokmu, aku harap tak berkepanjangan, aku... hanya... rindu kau yang mau menjadi pendengar setiaku seperti dulu. Tapi, aku terlalu pengecut untuk jujur.

Semua keberakhiran ini semoga selamanya....
Selama-lamanya....
Hingga kamu dan aku tak akan jadi kita....
Karena aku... takan sanggup menebus lukamu...

Maksa minta

"Tuhan, pantaskah bila aku meminta dia dariMu?" Hihi... *sudah dewasa* tapi Tuhan, aku tak bisa apa-apa saat ini? Pantaskah aku untuk meminta? Meminta untuk Kau pantaskan, atas kelemahan dan kemampuanku. Apa aku tergesa-gesa untuk meminta?
Hihi...

Tuhan, mampukan aku dalam jalanku.
Aku sadar tak mungkin bisa berdiri sama tinggi duduk sama rendah apa lagi melebihi. Karena itu aku meminta padaMu. Dia yang menguatkan aku dalam harapan sunyiku Tuhan...

Apa ini tulus? Apa sekedar nafsu?
Ahh Tuhan, aku lemah sekali...

Kamis, 18 Desember 2014

Ngomong aja buat baca

Laah kok ya, saya kan cuma baca dan ngajak orang baca, kenapa jadi masalah? Yoolah kalau nda suka ya nda usah baca, toh mau anda baca atau tidak, mau anda tahu atau tidak, tidak masalah buat saya. Lagi pula baca kan bisa nambah-nambah wawasan situ orang.

Ya kalau yang anda baca menyimpang dari pengetahuan anda apa salahnya buat menelisik lebih dalam, mungkin cara berfikir si penulis begitu, toh dia juga nulis pasti punya rujukannya. jangan merasa benar sendiri, ngga kerasa, tau-tau sifat angkuh sudah mendarah daging. Looh ya, cara berfikir orangkan beda-beda, tergantung sudut pandang.

Kan katanya "perbedaan itu indah." Udah lah yaa jangan mempermasalahkan hal kecil, tapi memperbesar solusi. Simpel aja kan?! Sebelum anda menunjuk orang lain (judge) coba liat ada berapa jari yang nunjuk dirimu sendiri? Itu artinya: 'sudahkah anda layak untuk menilai seperti itu?'

Jangan sampe deh, membaca malah jadi pembatas pemahaman dan pengetahuan hanya karena merasa tidak sepaham dengan alirannya situ. Bukannya bagus makin banyak pendapat? Kan berarti makin banyak orang yang mikir? Kan berarti makin banyak orang yang peduli? Kan berarti makin luas khazanah ilmunya. Yaa, tinggal situnya aja yang kudu pinter-pinter nrimo. Hehe :)

*hanta ketidak tahuan saya*

Selasa, 16 Desember 2014

Dia yang Terjangjit Geer

Jangan salahkan waktu bila kau terluka, jangan memaki orang lain yang kau anggap telah melukaimu, Tuhan Maha Tahu apa yang ada di langit dan di bumi, terlebih dari yang kau rahasiakan. Mulailah menilai diri sendiri, hadirkan hatimu dalam kelamnya malam.

Jika menangis dapat menenangkanmu, maka menangislah. Jika berdiam adalah caramu merespon, maka diamlah. Jika tidur dapat melupakan semua masalahmu, maka tidurlah. Tapi ingat, bahwa kau adalah manusia kuat dan bukan pecundang hanya karena satu masalah. Tuhan selalu tahu tentang dirimu teman.

Kau ingat bagaimana kedatangannya dulu? Biasa saja bukan? Lantas mengapa saat ia pergi kau anggap lebih dari sekedar biasa dan kau anggap dia melukai perasaanmu? Jangan salahkan dia, itu hanya sikapmu yang terlampau geer. Tuhan Maha Tahu perkara ini. Tanyakan saja.

Aku tahu bagaimana resahnya hatimu teman, tapi tenang, di dunia ini bukan hanya dirimu saja yang pernah mengalami perkara luka geer itu. Banyak-banyaklah menyebut nama Tuhan, mintalah penerang, aku yakin jika dia kembali, kembalipun untuk kau. dan perginyapun untuk kau, akan ada hal indah selepas pesakitan geer itu sembuh. :)

Minggu, 14 Desember 2014

Kepergiannya

Dia sudah berubah, menjadi lebih kuat, tegar, dan ikhlas.
Dia sudah bisa tersenyum, meski sedikit agak kaku dan tertahan. Bukan karena sungkan, tapi masih menyimpan tapak keraguan dalam benaknya.
Setidaknya dia sudah jauh lebih baik.
Luka batinnya membuat dia terus berfikir tentang masa depan, menyadarkannya dari sekedar sesal yang tak ada gunanya lagi.

Kini dia sedang berlari, lari menjemput yang tiba. Lihatlah balutan kepalnya yang menenangkan, lihatlah air matanya yang suci sangat menyejukkan. Siapapun pasti merindukan sosoknya.

Tak butuh jarak yang panjang untuknya berlari, tak butuh waktu lama untuk menanti, karena yang tiba telah hadir didepan matanya. Dia begitu tenang menghadapinya, lihatlah, langitpun menandakan keharuannya, semua bertasbis akan ketegarannya.

Kau ingat siapa dia? Sudahlah, tak usah merutuk, sudah terlambat. Tuhan lebih mencintainya dari pada kau yang pernah melukai langsung perasaannya. Dia memintanya hadir lebih awal dari kita semua. Sudahlah, tangismu takan menghidupkannya kembali. Gadis itu telah memaafkanmu, dia hanya berpesan 'semoga kau selalu gagah, dan tampan kebaikan hatinya.'

Senin, 08 Desember 2014

Si pendiam

Kau hanya melihatnya diam dan menganggap sosoknya hanyalah seonggok mayat hidup.
Kau hanya mengenalnya sesaat dan mengabaikannya begitu saja karena tak penting saat itu.
Kau hanya menganggapnya bodoh dan tak bisa diandalkan hanya karena dia diam saja dan sesikit respon.

Tapi tau kah kau????
Dia sedang berlari dari keluh kesahnya,
Dia sedang berjuang mempertaruhkan masa depannya,
Dia sedang bertahan dari gempuran ego.
Dan itu tidak mudah untuk dia hadapi sendiri.!!

Sejatinya dia amat rapuh, tertekan, meringis pilu. Dia hanya bisa berharap untuk tetap tenang dan tak ada yang mengusiknya, tapi sayang, kau malah menambah perih lukanya dan beban batinnya.

Diamnya bukan tak peduli, diamnya bukan kebodohan belaka, diamnya bukan kesombongan. Diamnya adalah pertanda ketakutan yang menjadi, malang memang nasibnya, pecundang dengan kealfaan hati.

Bisakah kau menatap matanya dengan syahdu? Menggenggamnya dengan penuh kehangatan? Kau temani ia duduk? Ajaklah ia bicara dari hati ke hati. Maka kau akan tahu siapa dia, mengapa dia. Pilulah hati kau mendengar penuturan batinnya, berlinanglah air mata kau. Dia hanya butuh sentuhan qolbu yang teramat sejuk dan menyegarkan.

Begitulah sejatinya si pendiam, yang terlalu kaku untuk berinteraksi. Menganggap setiap langkahnya akan dipenuhi ranjau, dia butuh penopang, sungguh, dia membutuhkannya. Namun sayang, kehadirannya selalu dinafikan orang lain, jadilah ia pendiam dan pemurung.

Selasa, 02 Desember 2014

Ga tau ya terserahan aja

Bukan...
Bukan untuk yang pertama, bukan juga tentang yang pertama, apa lagi yang terakhir, yang tengah juga bukan.
*adduh galau*
Tapi untuk yang itu... iya itu... kamu yang disitu. Aaah ini bener-bener silvianya keluar, manusia paling introvert yang selalu nutup diri dan memanipulasi keadaan.

Silvia si manusia kepo!
Aduuuh, yang disana itu siapa? Darimana? Ada apa? Kenapa bisa? Siapanya siapa? Haha *gubrak. Udah sil maju.a jangan nengok dulu nanti ga nyampe-nyampe. Liat nooh udah ada yang nunggu. Jangan dipikirin !!ga akan dibaca !

*efek ga berani punya temen curhat* haha *mungkin silvia lelah, tidak terkontrol*
WHATEVEEEEEEEEEER..... :p

Hai Engkau yang Dimanapun

Sudah hampir satu minggu tak ada kabar darimu, apa kau sedang sibuk? Aku harap kesibukanmu tidak mengabailan segalanya yang terlihat remeh temeh. He...

Oiya, kau tahu?

Semalam tadi rasanya aku seperti disiram kedamaian. Aku yang tak pernah luput untuk mendoakanmu, semua terasa baik-baik saja, padahal sejujurnya rindu ini menghunus waktuku, menyayat perasaan, menikam angan, dan merobek keindahan. Aku... disini... yang merindu... hanya bisa pasrah. Mencari ketenangan pada Tuhan, menukil semua kekesalan padaNya, semua aku ceritakan tentang kau padaNya. Hihi...

Maaf yang sedalam-dalamnya atas sikapku yang tak tahu diri ini, yang terus mencari cara agar kau mengerti maksud dari tindak tanduk tingkah pongahku. Yah... aku memang perempuan unik yang bisanya menyibukan diri sendiri tapi merepotkan orang lain, aku yang tak tahu diri telah menimang rindu pada sosok seperti kau-tanpa sepengetahuanmu- tapi sungguh ini diluar kendali. Maaf, maaf telah menyeretmu dalam doa malamku. Semoga saja Tuhan Yang Maha Baik selalu mengingatkanku kala hilaf ini menggunung.