Kau hanya melihatnya diam dan menganggap sosoknya hanyalah seonggok mayat hidup.
Kau hanya mengenalnya sesaat dan mengabaikannya begitu saja karena tak penting saat itu.
Kau hanya menganggapnya bodoh dan tak bisa diandalkan hanya karena dia diam saja dan sesikit respon.
Tapi tau kah kau????
Dia sedang berlari dari keluh kesahnya,
Dia sedang berjuang mempertaruhkan masa depannya,
Dia sedang bertahan dari gempuran ego.
Dan itu tidak mudah untuk dia hadapi sendiri.!!
Sejatinya dia amat rapuh, tertekan, meringis pilu. Dia hanya bisa berharap untuk tetap tenang dan tak ada yang mengusiknya, tapi sayang, kau malah menambah perih lukanya dan beban batinnya.
Diamnya bukan tak peduli, diamnya bukan kebodohan belaka, diamnya bukan kesombongan. Diamnya adalah pertanda ketakutan yang menjadi, malang memang nasibnya, pecundang dengan kealfaan hati.
Bisakah kau menatap matanya dengan syahdu? Menggenggamnya dengan penuh kehangatan? Kau temani ia duduk? Ajaklah ia bicara dari hati ke hati. Maka kau akan tahu siapa dia, mengapa dia. Pilulah hati kau mendengar penuturan batinnya, berlinanglah air mata kau. Dia hanya butuh sentuhan qolbu yang teramat sejuk dan menyegarkan.
Begitulah sejatinya si pendiam, yang terlalu kaku untuk berinteraksi. Menganggap setiap langkahnya akan dipenuhi ranjau, dia butuh penopang, sungguh, dia membutuhkannya. Namun sayang, kehadirannya selalu dinafikan orang lain, jadilah ia pendiam dan pemurung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar