Terima kasih kau telah mengajariku arti penting tentang seorang diri, menemaniku bersama angin lalu disaat-saat kritis, mengenalkanku pada sebuah kata yang terus berkecamuk tak berdaya-rindu-.
Terima kasih kau telah mengajariku arti kehilangan, hingga aku tahu bagaimana cara memiliki. Meski begitu, kau tak pernah menyadari arti penting kehadiranku. Kau tak pernah tahu bagaimana kerasnya waktu membekap asa, atas nama cinta semata.
Nafsuku, ingin sekali melukiskan dirimu disini, mengenalkan pada dunia bahwa kau adalah orang terbaik yang pernah kukenal. Tapi sulit, bukan karena kau Rasul hingg tak patut digambarkan, bukan karena kesucianmu hingga sulit untuk dinyatakan. Tapi justru karena, aku yang terlalu malu mengakui sosokmu dengan begitu berarti. Membuatku semakin merasa tak pantas, dan semakin enggan untuk dikenali.
Biarlah, untuk saat ini, kuukir dalam doa malam yang tenang. Kusebut namamu dalam hening malam, bukan untuk kumiliki, cukup datangkan yang terbaik yang sepantasnya bagimu. Karena disadar ini tahu, aku teramat malu pada Tuhan bila meminta kau begitu saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar