"Sampai kapanpun kita akan tetap menjadi teman, aku tahu ini menyakitkan. Mau bagaimana pun, sekeras apapun kau mengiba, tetap tak ada yang bisa mengubris keinginanmu. Jalan kita ternyata berbeda, kau dijodohkan dengannya yang baru kau kenal, dan aku dijauhkan darimu yang telah lama kau kenal. Maaf jika aku tidak bisa memperjuangkanmu lagi, aku sudah koyak dimakan waktu berharap pada keluarga kau. Lebih baik aku mundur dan mencari jalan baru, cinta tidak bisa dipaksakan kirana. Aku hanya tak ingin meminangmu tanpa restu. Tapi percayalah padaku, kau akan tetap menjadi Kirananya aku kapanpun dan dimanapun. Datanglah bila kau ingat aku, akan selalu kubukakan pintu untukmu masuk, meski hanya sampai beranda rumah. Datanglah sebagai sahabat yang saling melengkapi, bukan pelampiasan masa lalu. Selamat jalan Kirana, izinkan aku mengucap rindu yang terakhir kalinya, selamat jalan Putri impian.
Mas Fadil"
Tak terasa air mata pun berlinang tanpa henti, surat ini, kalimat ini. bagaimana mungkin aku bisa berpaling dengan tenang, menerima keakuanku yang baru sedang dia yang disana membuatku semakin ridu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar