Jumat, 28 November 2014

Entah Kapan

Kapan silvia bisa berdiri gagah di tembok besar China? Meraba setiap jengkal dindingnya seraya menghembuskan nafas terdalam hingga sukma. Menyusuri lika-likunya, menatap alam sekitar dengan durasi kedip yang agak diperpanjang seraya bersyukur haru 'alhamdulillah'.

Kapan silvia bisa sujud takzim dengan derai air mata di tanah suci? Bertasbis, bersholawat, mengitari ka'bah, menyentuh hajar aswad, menapaki jejak-jejak perjuangan Rasul.

Kapan silvia bisa mencium haru kuntum bunga tulip? Menari berdendang bersama angin, berputar diantara burung dara, menyusuri sudut-sudut peradabannya.

Kapan silvia bisa keliling dunia dengan nyata? Tak lagi buku yang kubaca untuk menuntut hayal, tapi mata ini yang langsung menatap, hidung ini yang langsung mencium aroma belahan dunia, telinga ini yang mendengar kebisingan, kulit ini yang merasakan perbedaan, lidah ini yang mengecap cita rasa nergri itu.

Kapan?????? ?  ?   ?    ?     ?      ?       ?

Adakah Ia Temanku

Hanya sedang membutuhkan seseorang yang ikhlas meluangkan waktunya untukku, yang rela menyisihkan berat bahunya untuk bersandar, yang mau menjadi pendengar setia dan rahasiaku...

Aku dibatas lelah, aku diujung tanduk,
Meronta sok kuat padahal rapuh, tersenyum bahagia padahal pilu merenggut, bertutur asik padahal duka. Itu aku... aku yang selalu menutup diri dari keramaian, seolah berlari dari kenyataan.

Salahkah bila aku meminta satu teman? Yang hadirnya hanya untukku? Yang mampu mengerti maksudku? Yang rela berteman dengan gadis bengal sepertiku? Adakah ia?

Aku tahu, sujud pun bisa mengobati lebih dari apapun. Tapi aku pun manusia yang butuh interaksi langsung, satu pun cukup, satu pun mewakili, cukup seorang...

Kamis, 27 November 2014

Introspeksi diri

Adakah yang dikecewakan? Mundur secara perlahan? Adakah? Aku rasa ada yg berubah. sebab apa? Prihal yang mana?

Maaf jika banyak sebab, tapi sebelum kau pergi... kumohon kau jelaskan alasan itu, tinggalkan jejak untukku. Kalau pun tidak, adakah kesempatan?

Aku harus siap dengan segala resiko. Aku tau kau telah menilaiku berbeda, tapi sungguh pun bukan itu yang aku maksud, hanya untuk merancang kejutan. Kejutan untuk kau. Tapi mungkin salah strategi, atau mungkin aku yang telah salah memilihmu karena tak menilai kualitas diriku dahulu.

Aku harap, kepergianmu menjadikanku seseorang yang pandai ikhlas, tidak melupakan tapi melanjutkan langkah, menganggapmu seperti pertama kita bertemu-tak tahu, tak kenal, dan tak peduli-.

Rabu, 26 November 2014

Tanda tanya (?) Kenapa

Malam kusapa rembulan, manatap gugus bintang, harap-harap telah menggantung di langit :) -demi masa depan-.
Pagi kusapa mentari, menelisik celah-celah harap dari kanopi dedaunan, takut-takut ada yang tertinggal :) -demi hari ini-.

Lama aku mematut diri di depan cermin,
Berjinjit, berputar, sesekali melompat kecil.
Apakah hariku akan cerah?
Secerah mentari, sebening embun pagi, seindah mawar berduri.

Lama aku terduduk di depan cermin,
Tersenyum, merengut, dan tertawa.
Apakah hariku akan menyenangkan?
Seperti burung yang bersiul, kucing yang berlenggak-lenggok, penjaja sayur yang melantun parau.

Begitu banyak pertanyaan mengganjal, (situasi bimbang). Seperti berlari dalam gelap, inginnya, tapi terhalang resah-tertabrak, tersangkut, terjerambab- karena lari dalam gelap.

Hanya untuk dan hanya demi terlihat menyenangkan di depan si dia 'Tuanku'. Hihi, ahh payah sekali kasus ini. Mengkerdilkan jati diri sekali, kukenal pun tidak. Dia, sudah menghantui hari-hariku. Kedatangan yang tak diundang tapi menjadi tamu spesial.bodoh. hahaha

Suaramu sepenting bahan bakar, yang mampu memacu semangat dan mengasilkan energi. Terbayang, senyum itu yang bila menatapku, emotic itu yang kau kirim, pesan itu yang mengambang untuk kukejar. Tuuh kan, seperti mengigau.

Minggu, 23 November 2014

Segenggam Cinta

Ketika 'sebab' yang kau sebut itu adalah 'cinta', dan berubah menjadi tanda tanya besar dalam hidupmu. Apa kau akan menyalahkan kehadirannya?

Dulu kau sebut 'cinta' adalah keindahan tersendiri dan tak semua orang mampu menyamakan keindahannya, lantas sekarang kau merasakan pesakitan cinta. Apa kau akan menghujat orang-orang yang telah membuatmu cinta? Dan membiarkannya terkulai luka sebagai rasa dendammu.

Kau pernah bilang padaku bahwa cinta tak harus memiliki, tapi mengapa saat ini kau menangis tersedu sedan lantaran cinta yang kau miliki kandas dipertengahan jalan. Bukankah itu maksud dari cinta yang tak harus memililiki?

Kau mengajarkanku tentang sejuta cinta yang indah saat kau merasa bahagia, kau pun berharap padaku agar bisa merasakannya. Bagaimana mungkin aku lakukan, saat hendak melangkah, tiba-tiba kau bangunkan aku dari cerita indah cintamu dengan berderai air mata. Apa masih bisa aku percaya bahwa 'cinta'benar indah adanya? Apa arti air matamu?

Mungkin saat itu kau terlampau bahagia, hingga lupa bagaimana rasanya sakit, jatuh berdebam, terbanting, hanya oleh satu kata --> 'cinta'. 

Bagaimana dengan aku? Yang hanya bisa memandang air matamu tanpa mampu mengobati luka itu. Aku bukan tabib cinta, aku tak pernah merasakan kesejaitan cinta, meski aku pernah tahu bagaimana cinta itu tumbuh begitu saja.

Lalu, apa pesanmu saat ini untukku? Apa kau akan berkata "jangan sampai kau jatuh hati, karena jatuh memang sakit adanya." Atau "kau harus tahu bagaimana rasanya, biarlah waktu yang jadi teman ceritamu kala cinta itu berbunga dan berguguran sekalipun." Atau "jaga hatimu, bila tak siap dicintai dan mencintai."

Hai kau, rasanya aku terlampau dewasa dengan adegan cintamu. Aku pun punya cinta, tapi dalam diam dan senyapnya malam. Aku ingin menjadi seperti Fatimah yang mencintai Ali tanpa ada sesiapapun yang tahu kecuali Tuhan, sekalupun iblis-dia tak tahu cintanya Fatimah-

Terima kasih atas ceritamu...
Akan kujadikan tameng dan perisai
Terima kasih...

Sabtu, 22 November 2014

Untu(k)mu dari(k)u

Untuk engkau yang selalu aku sebut namanya dalam doaku, terima kasih telah mengingatkanku setiap waktunya. Bukan main, dalam diam pun ku sebut engkau dan berharap Tuhan mengabulkan doaku, semoga kau selalu baik teman.

akan selalu kuingat jasa dan budi baikmu, akan selalu kukenang tiap detik waktu itu, semoga Tuhan selalu bersama disetiap langkahmu.

Sekali lagi aku ucapkan terima kasih dengan tulus, semoga kelak jika hidup ini telah berakhir kita depertemukan di surgaNya. Aamiin

Selasa, 18 November 2014

Sebenernya gw butuh temen cerita, tapi gw sadar, kalau gw terlalu pengecut buat cerita. Gw rasa belum pantes diumbar. Ternyata diemnya gw selama ini mulai mendekati titik jenuh, tiba-tiba berasa semuanya suram dan ngga mungkin terjadi, doa-doa gw melemah tanpa sebab.

Mungkin gw bergerak lebih cepat dari waktu, ngga ngukur jarak, dan ga pake mikir lagi. Tiba-tiba gw buntu yg entah dimana sekarang. Gw udah terlalu jauh lari, dan gw baru sadar ada tikungan yg gw belokin.

Hampir tiap malam mimpi-mimpi itu menyadarkan gw, rasanya merenung aja ga cukup, gw berusaha bangkit tiap malam, tapi... mungkin hati gw lagi digandrungi mahluk lainnya. Gw cuma bisa berharap disela-sela waktu.

Rasanya berat banget Tuhan...
Silvia butuh suara nyata yang tanpa harus diungkapkan dulu apa yang silvia raskan, meskipun itu ngga mungkin terjadi.

Gw terlalu introvert sama lingkungan gw sendiri, gw sadar itu ngga baik, bahkan gw sendiripun kadang ga tau sama apa lagi gw rasain. Sebenernya emang ngga nyaman, tapi gw  terlalu pengecut buat jujur....

Senin, 17 November 2014

Hatikah? Perasaankah?

Hati mengahantarkan langkah ini yang terus menapak. Bersanding dengan pikiran yang mendalam, menerka tentang masa depan.

Nanum, ketika pemilik hati ini telah menutupkan pintunya dari kebaikan, masihkan kebaikan itu akan terjamah dengan serta merta? Masihkah langkah ini tegap kearahnya? Entahlah...

Bilakah hati ini kosong, kosong pulakah kelak hidup ini?

Bukan, bukan hati yang sesungguhnya, tapi perasaan.... perasaanlah yang menuntun kita menebar tabir waktu yang belum terungkap. Lantas apa... apa wujud dari perasaan? Aku tak sanggup menerka bentuknya, tak tahu...

Sepenggal kalimat penyemangat yang mungkin berkekuatan untuk melanjutkan hidup. "Energi akan mengalir kemana hati diarahkan" begitulah pesan dosenku beberapa saat yang lalu.

Lalu...
Dimanakah perasaan itu diletakan? Karena hati hanya organ.
Seperti akal dan otak...

Minggu, 16 November 2014

Hanya un(T)uk Tuan

Hanya untuk mendulang rindu,
Hanya untuk menuai kasih, dan sungguh
Hanya untuk merenda cinta.

Kamis, 13 November 2014

Kedatangan Pelangi

Kedatangan pelangi, setelah awan hitam menggelayut di langit biru, yang indahnya akan nampak setelah gelap kesenduan. Sejatinya bukan sendu, tapi anugrah yang terselubung dari Tuhan kami.

Kedatangan pelangi, setelah gelap menyapa begitu lama. Terpancar dari bulir-bulir mutiara langit dengan sinar mentari.

Kedatangan(mu) pun seperti pelangi duniaku, Tuan. Indahnya menggetarkan alam, bahkan waktupun cemburu padaku, mencoba mencari-cari perhatian agar luput darimu. Kau tahu Tuan? Semua ini kusebut anugrah, mungkin kau tak mengenali atau menyadari, tapi penerima akan selalu mengingat siapa pemberinya. Tuan, doaku menyertaimu disetiap malam panjangku. ^_~

Teruntuk Tuanku

Haru yang entah apa namanya, bisa sesal bisa bahagia, rumit sekali untuk diekspresikan dalam nyata. Yaah, ini aku... aku yang terkejut dengan perubahanmu yang begitu tiba-tiba, mangapa setelah kepergianmu yang mendadak, lagi, kau datang dengan senyum yang baru? Kau pikir aku senang? Kau pikir ini adalah sebuah kejutan? Tidak Tuan, tidak. Bahagia yang semestinya bisa luruh dalam sekejap bersimbah air mata.

Selama ini, aku diam bukan tak perduli, aku menunggu... menunggu dengan penuh pengharapan darimu, tapi apa balasannya? Bahagiapun tak kau sebut.

Maaf, atas kebodohan perempuan tengil ini, Tuan. Mungkin hati yang selalu jadi peran utama, telah mengenyampingkan akal rasional. Maaf, atas perasaan yang tak semestinya ada seperti ini.

Tak apa kau berbeda, lagi akan kukaji sabar itu. Lagi akan kukejar doa-doa itu, lagi akan kunafikan hatiku. Maaf, telah mencintaimu dalam sekejap. Maaf, telah mengagumimu dalam diam. Aku sadar, Tuanku bukan siapa-siapa lagi saat ini. Selamat jalan Tuan, salam rindu dari hamba.

Senin, 10 November 2014

Cinta dalam Diam

Masa itu, adalah ketika aku bahagia denganmu dalam tawa meski jarak tak terukur oleh perasaan, dalam maksud yang terselubung, dan saling tidak mengenali prihal masalah apa ini sebenarnya.

Dan ketika itu, kau membawa sejumput kuntum mawar merah pertanda kasih dengan lisannya, tanpa dilihat mata, namun didengar telinga, dan dirasa oleh hati.

Siapapun, akan mengartikan 'ini' adalah "cinta dalam diam". Tak bersua dan tak berkata, namun alurnya seperti air di hilir, berdoa, akankah sampai ia ke hulu...

Sabtu, 08 November 2014

Bocor

Saya, amat sangat heran dengan tingkah gadis pongah macam anda. Heh... apa lagi si yang anda cari dari saya? masih penasaran sama pribadi saya? masih ngga percaya sama saya? sebegitunyakah anda ingin menguliti hidup saya? Sungguh rajin sekali anda, seperti tidak ada kesibukan lain saja. membuat praduga sesuka hati, menyisir semua waktu tanpa fikir, heh... anda lupa dengan pepatah lama "mulutmu... ha,ri, mau, mu." 

Lama-lama gw muak juga sama lo. 
harus berapa kali si saya bilang kepada anda, bahwa saya tidak berstatus dengan se-siapapun. kenapa si masih aja risih sama hidup orang. Hidup lo ngga tenag ya mba? Lo ngga usah takut mba, secuek-cueknya sikap gw, doa gw masih baik buat lo. "semoga lo cepet married sama cowo semacamnya" mau secepet kilat juga silahkan. Mba, gw ngomong kaya gini juga gara-gara lo yang mancing, coba lo ngga usah dateng lagi dihidup gw, ngga usah sosoan kepo sama apapun tentang masa lalu gw, gw ngga akan ngomong sekasar ini kok. 

Gw block sana block sini, masih aja lo bisa nyari celah buat ngehubungin gw. Idih ampun deh, wkwkwk, maksudnya apa coba? sebegitu perhatiannya lo...Tenang aja kali gw juga ngga minat sama seleranya situ. Terima kasih sudah mengisi cerita hidup saya... Tapi lucu juga, berkat adanya lo hidup gw berasa banget fluktuatifnya, emang sii ngga penting, tapi lucu aja buat diketawain. hahaha... Aduuh ampun ya jahiliah banget si gw gw gw *nyindir.

yaa, gw sadar lo ngga bakalan baca postingan ini. yaa, gw juga ngga peduli-peduli amat si mau lo baca kek ngga kek, setidaknya gw puas ada wadah tempat cerita, walaupun emang ngga tepat. Bodo amat... kepalang sensi gw sama lo mba. Harapan gw... 'semoga ngga ada lagi orang macem anda di dunia ini, semoga lo ngga ngehubungin gw kalau cuma mau ngomong kaya orang pinggiran gitu, semoga anda diberi kesibukan supaya lupa sama hal-hal ngga penting kaya tingkah lo sekarang, semoga anda ngga mancing-mancing emosi saya lagi mba... mau lo pamer-pamer kemesraan sama cowo semacamnya juga gw udah muak kalu yang ada gw butuh plastik buat muntah, haha. semoga anda adalah orang yang disemogakan oleh kekasih semacamnya, semoga... ahh sudahlah, nikah aja si mba, biar ngga repot-repot, kaya jemuran digantung. 

Jumat, 07 November 2014

Untuk Anda yang Tak Saya Jawab Pesannya

Hei anak muda... 
hahaha :D pelik sekali nasibmu nak, saya sampai terpingkal-pingkal baca pesan singkat itu. haduh... haduh... hari gini masih dibuat pusing sama "pacar"? OMG, udah ngga zaman kali, kalau pacarnya aja bikin pusing dan rebet kamu ya ngapain masih berlanjut. putusin aja sekalian, emang kamu ngga punya kegiatan lain gitu selain mantengin si 'baby huwi' kesayangannya itu? Kassiaan... masa mudamu tidak akan panjang nak, jangan disia-siakan.

Sejujurnya, saya dari pagi bahkan kemarin-kemarin sudah berniat untuk tidak mengisi kolom blog hari ini, tapi sesore tadi, saat saya bangun tidur 'haha' dikejutkan oleh pesan misterius anda. Entah ya, rasanya malas sekali menanggapi, jadi deh kepikiran buat nge-blog. Gimana ngga shock bangun tidur baca pesan anda yang menanyakan kabar 'pacar' anda sendiri. hahaha, "salah alamat... salah alamat... salah alamt..." jangankan nanya 'itu', jika anda bertanya "apakah nama kekasihku ada dalam daftar doamu?" dengan tegas saya jawab TIDAK ADA ANAK MUDA !! mungkin pujaan hatimu sedang bermain petak umpat di pasar induk. :p

Ironis...
Saya tekankan sekali lagi ya anak muda, "tidak ada seorang (lain) pun yang ada dihati saya secara spesial seperti anda, saya sudah semester lima, sedang sibuk-sibuknya kuliah dan private, tak sempatlah berfikir untuk menambatkan hati pada siapapun, saya rasa belum saatnya. Mencintai dalam diam dengan doa-doa malam lebih indah ketimbang seperti yang anda lakukan. Saya punya murobbi, tidak akan saya menghianati pesan-pesan indahnya, saya punya prinsip dan niat baru, tidak akan semudah itu saya selewengkan. Jadi, jangan lagi bertanya pada saya prial hubungan anda dan masa lalu saya, itu masa ketika saya jahilliah. hehe..."

ini saya CoPast dari beranda facebook saya, semoga anda membaca dan terus memperbaiki diri. Selamat malam anak muda :) salam sejahtera...

"Bang Tere, kalau saya nggak pacaran, tetap menjaga diri, memilih belajar, memperbaiki diri, apakah Allah beneran kasih jodoh yang baik buat aku?
Yakin, Dek. Yakinlah. Allah tidak akan pernah menyia2kan kita. Tidak akan. Jikalau di ujung cerita, kita tidak memperolehnya, maka Allah sungguh punya rencana yang lebih menakjubkan.
Kita harus sungguh percaya agar sebuah keyakinan itu seolah memiliki sayap indah yang kokoh. Dan kita bisa terbang menyaksikan betapa cemerlangnya keyakinan itu.
*Tere Liye"
S

Selasa, 04 November 2014

Ngawuuur

Ini bukan hobi apa lagi kebiasaan, tapi cuma kebetulan aja. Bukan juga curcol apa lagi sengaja cari sensasi, bukan. Cuma iseng...
*emang 'ini'-nya apa?* hihi... "tulisan tak bertuan". Bukan karena ngga jelas pengarangnya, justru yang ngga jelas adalah tujuannya untuk siapa. Hehe, bisa diliat dari alurnya yang sembrawut, bahasa yang campur aduk, ketikan yang sering salah, memang jelas tak bertuan. Haha

'Tapi kenapa si tulisannya galau terus?' Naah. Si empu bilang, sebenarnya galau itu indah, banyak inspirasi berarti banyak cerita juga. 'Tapi kenapa harus galau, kan cerita indah lebih menginspirasi? Apa jangan-jangan emang empunya tukang galau dan pengalam pribadi abis tu karna ga punya temen curhat jadi nge-blog ga jelas?' Haha... bisa aja, ngga juga kok. Yaah... beberapa ada yang sungguhan, tapi mayoritas ngarang bebas, lagi kepikiran tulis, sayang aja gitu kalau cuma difikirkan. Tapi, emang iya si dasarnya si empu, lebih suka cerita galau. Ga tau kenapa. Haha

Sebenernya sayang aja si, kalau ada secuil bakat ga di asah. Ga akan jadi apa-apa. Niatnya si empu pengen belajar nulis bener-bener tapi ngga tau kenapa adaaa aja alesannya untuk katakan 'udahlah nanti aja' #parah. Kepikiran sii buat bikin buku. Tapi... ya tapi lagi. Haha

Ok, malam ini kita buka-bukaan. Nama.a sisil, remaja labil di fase dewasa awal. Haha, kadang A kadang B, dalam hal apapun. Namanya juga labil. Tujuan buat blog cuma buat ngehibur diri, sama napak tilas, hehe... setidaknya kalau udah nenek-nenek bisa nostalgia :). Di umurnya yang ke-19 ini masih aja sibuk nyari jati diri *terlambat ga siih?* :D mulai dari pergaulan yang entah mau kaya gimana akhirnya, pendidikan, sampai cita-cita masa tua yang seperti apa dan dengan siapapun masiih dalam tanda tanya besar. Haha, masa penjajakan hidup.

Eventnya ga pas, besok kan masih ada uts... ya sudahlah kita tinggal kan. Hehe

Senin, 03 November 2014

Pertarungan ke(ego)an JIwa

Berkelahi (lagi) aku dengan diri sendiri. Mengapa begitu mudahnya aku terjebak dan terpancing amarah, hanya mengulam kebahagian yang sejatinya adalah sendu kelabu. sebodoh itukah hatiku merasa? Niat berlari, nyatanya hanya berputar ditempat yang sama. Niat berubah, nyatanya hanya sanggup bertahan. Niat ini, niat itu… semua hanya sebatas niat yang hansilnya nol (0). Yah ini salahku, kau tak pernah tahu apa yang terjadi. Salahku yang tak melibatkanmu dengan yakin, salahku yang telah mengartikanmu sesuka hatiku, salahku yang berharap dahulu.

Aku sadar kita berbeda faham, aku sadar kita berbeda sandaran, tapi kita masih dalam satu keyakinan! Aku tahu ini ide gila, bukan, ini bukan ide, tapi ‘celetukan’. Tapi menafikanmu dengan sebenarnya begitu sulit, menyatakan keadaanmu saja aku tak sanggup, apalagi bila harus aku melibatkanmu. Mungkin kau hanya akan diam membisu, tercengang dengan tatapan hampa, berdiam layaknya patung, bahkan mungkin sampai kelopak matamupun lupa untuk berkedip, tak percaya dengan aku, tak percaya dengan kejujuranku.

Ini hanya ungkapan lelah yang menjijikan dimatamu. Bukan hanya padamu seorang, mungkin lelah ini sudah komplikasi. Semua berebut memasuki jiwa, berharap bisa mengendalikan diri dengan sebenar-benarnya, yang padahal ‘itu egois sekali’. Lantas… apa yang harus aku lakukan sekarang? Meski ini hanya ungkapan lelah, tapi sungguh ini menyakitkan.

Selama ini aku hanya menunggu waktu, menunggu kau bicara, menunggu kedatangnmu, menunggu keberanianmu, menunggu kau serius, Tuan. Sungguh! Aku menunggu. Kini aku sudah berdiri diujung kejemuan, lelahpun sudah mengakar, tapi mana hasilnya?! Kau tak pernah ada nyatanya. Aku tak pernah mengatakanmu pecundang, aku tak pernah memintamu datang, aku tak pernah merajuk untuk serius, tapi… aku hanya menunggu kesadaranmu, aku hanya mengujimu dalam diam, menguliti seberapa besar kau menerimaku.


Nyatanya ini hanya egokuku, benar-benar hanya egoku. Pencipta virus, tapi mati oleh virus yang dibuatnya sendiri.

Minggu, 02 November 2014

Pikirin Hati

Tarik ulur perasaan, kaya layangan aja, Lama-lama juga 'leap'. Hoho... makanya kalau belum siap buat serius jangan coba-coba. Serius bukan buat dicoba, alias nyoba serius, itu fatal looh. Kalau bilangnya nyoba serius taunya ditengah jalan mengalami fase titik jenuh, yakin masih sanggup bertahan? Hihi

Tapi, buat kamu yang rencananya mau serius ternyata kena tipu mulut madu, sabar yaah... mungkin itu cara Tuhan ngasih peringatan supaya kamu lebih hati-hati. :) tenang... Tuhan ga pernah ingkar sama janji-janjiNya. Maka dari itu, utamain Tuhan dihati, supaya ga ada beruang madu lagi yang masuk. Haha

Seperti kata orang patah hati pada umumnya "akan tiba saatnya kok". Jadi, buat kamu kamu yang punya hati, siapkan satpam sama tombak supaya ga kemasukan maling. Dibukanya nanti saja kalau resepsi udah di depan mata, janur kuning udah melengkung, prasmanan udah tersedia. Nahh bukan beruang madu lagi yang masuk. Jahaha. Sabar, karena yang sejati itu ga gegabah...

Untuk kamu para pemuda pemudi yang terlanjur ada di zona nyaman bareng si fulan atau fulani, pikirin lagi deh... bayangkan kalau kalian udah pacaran bertahun-tahun terus nikah... "asiik" tapi kan beda guys, sama orang yang nimbun perasaannya terus merasa sudah tiba saatnya dia gali. Woow... pasti rasa syukurnya itu tidak ternilai dan tergambarkan oleh apapun. Apalagi kalau kalian mahluk berTuhan, hehe... pasti punya ajaran dan keyakinan dong.

Soo, jangan main hati kalau ga tau caranya. Jangan buka hati kalau ga bisa mawas diri. Jangan cari hati kalau ga siap tanggung jawab. "Mencegah lebih baik daripada mengobati". Hehe